Untuk pembaca lama yang setia membaca blog ini mungkin udah sedikit tahu tentang perjalanan pertobatan saya dari tulisan-tulisan lama di blog ini. Tapi mungkin, untuk para pembaca yang baru mengikuti blog saya, mungkin ada baiknya saya tuliskan kembali secara singkat bagaimana perjalanan saya dari pertobatan hingga mengenal diri sendiri.
1. Mencari kebahagiaan
Ada banyak peristiwa dalam hidup (mostly karena kekecewaan, kemarahan, ketidakcukupan) yang membuat saya meninggalkan Tuhan hingga puncaknya tahun 2017. Sebetulnya, bisa dikatakan, walaupun waktu itu saya menyebut diri orang Kristen, tapi sebetulnya waktu itu saya tidak kenal siapa Yesus, apa artinya mengikut Yesus, dan apa artinya menjadi orang Kristen. Pendek kata, sebetulnya saya tidak tahu apa yang saya percayai.
Saya merasa amat tidak bahagia waktu itu dan bertanya-tanya apakah saya akan pernah merasa bahagia kembali. Bisa dikatakan, dulu saya pencari kebahagiaan. Di blog ini saya pernah menulis beberapa postingan tentang definisi kebahagiaan, atau bagaimana menemukan kebahagiaan. Saya waktu itu bahkan berpikir bahwa kebahagiaan saya ditentukan oleh satu dua orang dari keluarga saya.
(Sekarang saya udah belajar dan semakin menyadari bahwa kebahagiaan kita tidak mungkin hanya disediakan oleh satu dua orang dari keluarga kita. Seperti hidup sehari-hari, misal, kalau kita butuh sayur kita pergi ke pasar atau supermarket; kalau kita perlu sepatu tentu kita pergi ke penjual sepatu di mall; atau kalau kita mudik kita perlu naik bis atau kereta atau pesawat. Jadi intinya, kebutuhan-kebutuhan kita dipenuhi oleh orang-orang lain di sekitar kita, dan oleh berbagai komunitas yang ada di sekitar kita. Makanya kita mesti tersambung dengan orang-orang di sekitar kita.)
Karena merasa amat tak bahagia waktu itu, saya pun mencari apa penyebabnya. Pencarian itu membawa saya kepada jawaban yang tidak saya sangka-sangka. Penyebab ketidakbahagiaan saya rupanya adalah: karena saya terlampau sibuk mencari kebahagiaan diri sendiri.
Tahun 2018 bulan Agustus menjadi awal mula titik balik saya dalam hidup dan mulai mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan: bahagia itu sebetulnya apa, siapa saya dan apa tujuan saya hidup. Itu juga awal mula perjalanan pertobatan saya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama yang tidak baik dan mulai mengikuti Yesus.
2. Upaya untuk sembuh
Jadi di tahun 2017 kualitas hidup saya menurun drastis. Pendek kata, saya menjadi manusia yang tidak bisa berfungsi dengan baik karena insomnia, dibelenggu rasa takut, sedih berkepanjangan, dan merasa amat tidak bahagia. It was a very dark time for me. Saya bahkan ingin mengakhiri hidup supaya tidak perlu lagi merasa sakit.
Saya pun mencari pertolongan kepada psikiater dan psikolog. Atas saran mereka, saya kemudian mulai melakukan beberapa hal untuk penyembuhan saya supaya kualitas hidup membaik. Nah, di masa menjalani penyembuhan inilah, Tuhan memanggil saya untuk bertobat dan meninggalkan gaya hidup yang tidak baik selama ini. Tuhan juga mengirim banyak orang-orang baik menolong saya di sepanjang perjalanan itu bahkan sampai sekarang.
Apa saja upaya yang saya lakukan? Ini dia:
– baca Alkitab rutin dan rajin merenungkan. (rajin mencatat hal-hal yang dipelajari dari yang dibaca dan bandingkan dengan kehidupan.) (untuk renungan rutin bisa diikuti dari ourdailybread.org, misalnya) dan jika ada ayat Alkitab yang nampol di hati bisa dicatat dan diingat.
– nyanyi lagu pujian kepada Tuhan.
– menulis hal-hal baik sepanjang hari dan mengucap terima kasih kepada Tuhan.
– memaafkan orang-orang yang telah menyakiti kita dan minta maaf kepada Tuhan jika kita berbuat salah. (when you did this, you allowed God enters and heals you.)
– olahraga rutin utk membuang racun2 dalam tubuh agar tetap sehat.
– ketemu kawan-kawan secara berkala. (ngobrolin macam2.)
– menulis jurnal harian tentang yang terjadi hari itu (daily log). (tulis segala emosi yang terjadi. apakah ada senang, sedih, marah, dll.)
– ingat berbagi. (kita bisa doakan orang-orang, berbagi rejeki, berbagi waktu, dengerin orang curhat, dll.)
– masuk komunitas positif. (misal: komunitas hobi, komunitas mental sehat, komunitas gereja, dll.)
– kerjakan hobi. (misal: baca buku, fotografi, memasak, aktifitas outdoor, dll.)
– membaca buku-buku yang memperkaya iman dan pengenalan kepada Yesus.
– tekun berdoa (doakan keluarga, teman-teman, komunitas, dll.)
– cari orang yang bisa menemani selama proses penyembuhan tersebut dan beritahu secara terbuka masalah kita. (mentor, konselor, atau soul friend.)
3. Belajar dari buku-buku
Di atas tadi saya tuliskan bahwa saya mulai mencari jawaban-jawaban untuk pertanyaan saya semenjak pertobatan itu. Karena saya suka baca buku, saya suka mencari jawaban untuk pertanyaan saya melalui buku-buku. TUHAN itu bener-bener akan jawab kalau kita tanya sungguh-sungguh dan dengan cara yang paling cocok dengan kita. Karena saya amat suka membaca, IA menunjukkan jawaban melalui bacaan juga. Isn’t that amazing? ^_^ Kalau kalian suka musik, mungkin Tuhan juga akan menjawab pertanyaan melalui musik, atau bisa jadi melalui film jika kalian penyuka film.
Jadilah saya membaca buku A untuk menemukan jawaban A, baca buku B untuk menemukan jawaban B, baca buku C untuk menemukan jawaban C. Dan dari diagnosa saya pribadi, ternyata saya memang tidak tahu apa artinya mengasihi (makanya selalu merasa tidak bahagia). Jadilah saya temukan jawabannya di buku-buku yang membahas soal mengasihi. Mereka menolong saya bagaimana belajar mengasihi Tuhan dan sesama.
Lucunya, buku-buku ini mostly saya dapatkan dengan harga amat miring di toko buku yang menjual buku-buku lawas. Isn’t that amazing? ^_^ Tuhan juga tau saya suka harga diskonan yang ramah di kantong. 😀 😀
4. Who are you?
For so many years, saya pikir diri saya ditentukan dari tanggal lahir, bulan, dan tahun. Now i don’t believe that anymore. Saya baru tahu siapa diri saya sebetulnya -yakni identitas saya yang asli- dalam empat tahun belakangan ini. Saya menemukan jawabannya dari berbagai buku, and of course dari Alkitab, dan dari renungan yang saya baca maupun saya dengarkan di sana-sini.
Kita adalah ciptaan Allah yang segambar dan serupa denganNya dan memiliki karakter-Nya. Itu artinya kita diciptakan dengan kemampuan untuk mencintai Allah Pencipta dan mencintai sesama kita. Namun, seperti yang kita ketahui bersama dalam kisah penciptaan manusia pertama, nenek moyang kita Adam dan Hawa tidak mau menuruti batasan hidup sehat dan kudus yang telah ditetapkan Allah untuk dijalani. Mereka memilih mendengarkan suara sumbang dengan iming-iming “kamu akan menjadi seperti Allah…”
Semenjak itu, hubungan kita dengan Tuhan Allah rusak dan dengan sesama pun juga rusak. Namun, Allah bekerja melalui penyaliban Yesus untuk memperbaiki hubungan yang rusak tadi, sehingga kita dapat kembali memiliki hubungan baik dengan-Nya dan dengan sesama kita.
Jadi, Tuhan Allah telah memaafkan semua kesalahan kita, dan seperti itu jugalah mesti kita kerjakan agar hidup kita dipulihkan, supaya kita dapat bertumbuh dalam karakter Allah yakni: love, joy, peace, patience, gentleness, goodness, kindness, faithfulness, self control.
Dalam upaya-upaya yang saya lakukan utk penyembuhan, seperti yg saya tuliskan di poin ke-2 di atas, di sana ada poin bersyukur dan memaafkan. Dua hal ini saya rasakan sendiri paling besar efeknya. Dan setelah kita bisa memaafkan, entah bagaimana, semacam ada kuasa supernatural yang mengubah inti diri kita (our core or our very being) dan membawa kita ke perjalanan berikutnya, yakni kepada pertumbuhan karakter Allah yang jumlahnya ada sembilan tadi (joy, peace, patience… etc.)
Dalam proses memaafkan itu kita mungkin akan banyak melepaskan emosi terpendam dan mungkin juga banyak melepaskan air mata karena mesti kembali ke momen yang menyakitkan tersebut, yang barangkali jumlahnya lebih dari satu. Namun, percayalah, hal itu sepadan dengan kelegaan yang akan kita terima setelahnya. Dan, setelah kita memaafkan, memori tersebut tidak akan menyakiti kita lagi, walaupun kita masih dapat mengingatnya. ^_^
Memaafkan artinya membebaskan apa yang mencengkeram kita, dan pertobatan itu setiap hari. Artinya, setelah memaafkan dan bertobat kita bukan menjadi tidak pernah berbuat salah lagi, tetapi, kita menjadi semakin peka terhadap dosa dan kesalahan sendiri, dan makin cepat sadar, dan cepat minta maaf kepada Tuhan.
**
Begitulah sepenggal cerita saya mengenai perjalanan mengenal diri sendiri. And now, you also know that you are the children of God. Karenanya, sering-seringlah bertanya: apakah saya DICIPTAKAN untuk ini? Apa pun itu yang akan kita lakukan. Misal: apakah saya diciptakan untuk selalu marah-marah? apakah saya diciptakan untuk datang tepat waktu? dlst.
Identitas dan perilaku kita ditentukan oleh siapa yang memiliki kita. Kita adalah milik Allah. Status ini mestilah memengaruhi cara kita menghargai diri sendiri, dan selalu bersyukur untuk keadaan kita. Status ini juga sepatutnya membentuk perilaku kita, dan berhati-hati dalam perbuatan serta pikiran.
Well, semoga tulisan yang mudah-mudahan cukup singkat untuk dibaca dan mudah-mudahan dapat dipahami ini ada gunanya, dan bisa menolong teman-teman semakin mengenal diri sendiri. ^_^ Thanks for reading!