Halo semua apa kabarnya? ππ Semoga kalian sehat semua ya. Kali ini aku mau berkabar tentang kegiatan yang kukerjakan seminggu ini, tentang buku yang sedang kubaca, lagu yang sering kuputar, dan hal-hal yang kudiskusikan maupun yang sedang menarik minat untuk kubicarakan. Peringatan: di dalam postingan ini ada kutuliskan sedikit tentang suicide. Bagi kalian yang punya masalah dengan hal tersebut dan bisa memicu memori yang tidak enak, aku sarankan untuk tidak membaca.
SANA-SINI
Jadi minggu kemarin aku cukup sibuk. Sepupuku menikah di Medan dan thanks to teknologi komunikasi yang canggih, kami bisa ikut menyaksikan foto-foto dan video pernikahan walaupun terpisah jarak ribuan kilometer dari Sumatera Utara. π Kemudian aku pergi takziah atau mangapuli dalam bahasa Bataknya. Yaitu kegiatan memberi penghiburan kepada keluarga yang baru berduka di komunitas kami. Setelahnya aku pergi menjenguk orang sakit, yang juga masih dalam komunitas kami. Hari Kamis aku ke gereja memperingati kenaikan Yesus Kristus ke surga. Akhir minggu ketemuan sama kawan sekolahku yang sedang berkunjung ke Bekasi dari luar kota. Dia bawa oleh-oleh kue bagelen dan kue beras. Keduanya maknyus! π Kami ngobrol santai sambil menikmati jajanan kue pancong yang baru mateng baru dikeluarin dari cetakannya. Rasanya mantap pisan! π
TENTANG BUKU
Kalian lagi pada baca buku apa nih? Minggu ini aku start reading The Railway Children karya Edith Nesbit. Yang kubaca versi bahasa Indonesia. Alurnya berjalan cepat tidak neko-neko. Buku ini masih bagian dari rekomendasi bacaan living books ala komunitas Charlotte Mason. Bercerita tentang perubahan hidup tiga kakak beradik yang terpaksa pindah ke pondok kecil di pedesaan setelah ayah mereka pergi dengan tiba-tiba. Di sana anak-anak itu mencari hiburan di stasiun kereta api dekat pondok mereka dan berteman dengan para pekerja stasiun. π

Ada juga e-book kudonlot gratis berjudul Alive To Thrive (ATT) yang membahas tentang panduan alkitabiah pencegahan suicide pada remaja. Disini kulampirkan sebagian daftar isinya yang cukup menarik.

Aku tertarik donlot buku ATT karena dulu sewaktu belia sempat bergumul dengan masalah ini dan bahkan lima tahun lalu ketika hidupku kacau balau sempat juga terlintas keinginan itu ketika kupikir tidak ada jalan keluar. Tapi kurasa gak usah jauh-jauh suicide, ya? Dengan tidak memberi tubuh makan minum yang layak dan tidak merawatnya kurasa sudah termasuk suicide ‘kecil’ kayaknya, kan? Karena aktifitasnya sama-sama berupa upaya menyakiti diri sendiri yang (mungkin tanpa disadari) pelan-pelan bertujuan mengakhiri hidup. Duh betapa nelongsonya ya.. Tapi itu diriku yang dulu. Kalau sekarang, puji syukur kepada Tuhan, IA telah menolongku keluar dari lubang gelap tersebut menuju Cahaya & Kebenaran-Nya. π
Kalau kalian pemerhati kesehatan mental dan mau ikutan membaca silakan langsung meluncur ke: https://www.focusonthefamily.com/alive-to-thrive/download/
LAGU
Lagu yang sering kuputar sekarang adalah.. Dalam Yesus by Sari Simorangkir. Aku suka semua elemen yang membangun lagu ini. π Kayak gini liriknya:
“Kekuatan di hidupku..
Kudapat dalam Yesus..
Dia tak pernah tinggalkanku..
Setia menopangku..
Berseru.. berharap.. dalam Yesus..
Ajaib Kau Tuhan.. Penuh kuasa..
Sanggup pulihkan keadaanku..
Dalam tanganMu seluruh hidupku..
Tak akan goyah selamanya.. “
Ada yang suka sama lagu ini? π
DISKUSI & HAL-HAL MENARIK LAINNYA
Diskusi yang kubahas di rumah antara lain adalah tentang entropi. Natur manusia yang selalu menuju ke bawah secara otomatis: cenderung pemalas, mudah bersungut-sungut, makan mi instan full micin, dlst. Lebih mudah bergerak ke arah yang tidak produktif/buruk. Untuk melawannya diperlukan usaha gigih untuk terus naik ke atas. Antara lain dengan membaca buku, berefleksi, dan berjuang menjadi pelaku kebenaran. Upaya melawan entropi ini berlangsung seumur hidup karena ia tak pernah berhenti sampai kita meninggal.
Hal kedua adalah tentang pernikahan. Kenapa bertahan dalam pernikahan? Tentu karena menghormati janji pernikahan “dalam susah dan senang.. dalam untung maupun malang.” You gotta work to make it thrive, dan always cling to God in every step of the way. Becoz apart from God, we have no good thing.
Masih banyak orang berpikir bahwa setelah menikah maka hidup akan happily ever after dan masalah hidup enggak ada lagi. Also, banyak orang menjadikan pasangan mereka sebagai sumber kebahagiaan. Itu enggak mungkin. Kita masing-masing adalah manusia dengan natur seperti entropi tadi dan kita semua terbatas dalam banyak hal. Jadi sebetulnya yang kita semua perlukan adalah kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Mengenal-Nya secara pribadi dan memiliki hubungan yang baik dengan-Nya adalah sumber kebahagiaan yang sesungguhnya. Namun memang dalam pernikahanlah karakter manusia ditempa untuk semakin dewasa. Seperti kata pepatah: manusia menajamkan manusia. Manusia hanya bisa bertumbuh bila ia hidup bersama manusia lainnya. Kalau cuma hidup sendirian mau sama siapa dipraktekkan apa yang dipelajari? Kita belajar dari sesama kita. Bertemu orang menyebalkan akan membentuk karakter sabar. Bertemu orang yang suka menuntut akan membentuk karakter setia. Bertemu orang yang kasar akan membentuk karakter lemah lembut, dlst.

Yang terakhir adalah tentang kisah pemulihan batin yang kubaca baru-baru ini. Diceritakan bahwa seseorang bernama Carson lumpuh akibat kecelakaan dan hal tersebut membuatnya depresi dan merasa tidak ada lagi gunanya hidup. One day teman-temannya mengajaknya berburu dan dia merasa senang karena dapat kembali menikmati alam. Pengalaman tersebut menggugahnya dan ia melakukan hal serupa kepada orang-orang yang mengalami kecelakaan berat. Itulah bentuk pengabdian dia kepada masyarakat.
Kisah Carson membuatku teringat pada kisahku sendiri. Tidak ada manusia yang mentalnya sehat sepanjang waktu. Kadang kita bisa sakit seperti tubuh kena flu sewaktu imunitas menurun. Bulan Mei ini menandai lima tahun lalu aku pernah mengalami mental breakdown dan merasa tidak lagi memiliki tujuan hidup. Saat itulah pertolongan dari keluarga dan teman-teman datang. Mereka menyemangatiku, mengajakku bernyanyi, mengajakku ke pasar, mengajakku ikut distribusi bantuan di sekolah-sekolah di Balikpapan, dan lain sebagainya.
“Ayo Marina, keluarlah dari keterpurukanmu, ikuti Aku,” seolah itulah yang Tuhan Yesus lakukan padaku melalui uluran tangan mereka satu per satu dan aku mau menerimanya.
Mengingat semua kebaikan yang pernah kuterima itu, pernah muncul keinginan untuk membuat semacam komunitas untuk orang-orang yang sedang tersesat dalam kehidupan dan hilang arah. Aku bahkan sudah memilih namanya. Ada dua: ‘Home For Imperfect People’, atau ‘Komunitas Lilin Kecil (Menerangi & Memberi Rasa)’. π Tapi ya baru sampai sebatas nama dulu belum ada kelanjutan. Maybe one day. π I really want to help people knowing God dan mengetahui identitas sejatinya bukan terletak pada apa kata orang, bukan dinilai dari berapa banyak uang yang dimiliki, bukan pula bergantung pada setinggi apa pendidikannya, melainkan identitas kita sesungguhnya berada dalam tangan Tuhan. Kita adalah ciptaan Allah; dan melalui Kristus Yesus, Allah membentuk kita supaya kita melakukan hal-hal yang baik yang sudah dipersiapkan-Nya untuk kita.
Pertolongan satu-satunya hanyalah dari Tuhan yang menjangkau kita melalui berbagai cara untuk menjadikan kita semakin baik setiap harinya. Dengan mengenal Tuhan, kita akan dapat mengenal siapa diri kita sehingga kita dapat memahami diri sendiri dan dapat bertumbuh secara pribadi; dan setelah kita bertumbuh, kita dapat menolong orang lain lagi dan begitulah seterusnya dikerjakan.
Pepatah berkata: “Do what you can from where you are with what you have.” Maka untuk saat ini yang dapat kulakukan adalah bercerita melalui tulisan-tulisan di blog ini. Sedikit yang kupelajari maupun pengalamanku kutuliskan di sini. Mudah-mudahan apa yang kubagikan berguna dan dapat menolong. π Dalam hidupku sehari-hari, bila ada orang-orang yang masuk radarku karena mereka sedang bermasalah maupun berbeban berat dan perlu bantuan, maka aku berusaha menjangkau mereka, berusaha mendengarkan cerita mereka, kuberi makanan, kuajak melakukan yang benar dan berguna, berdoa, dan kurujuk mereka konseling. Itulah hal-hal yang dapat kulakukan dalam kapasitasku. π
Well, akhir kata, tetaplah berjuang kawans. Bila beban hidup dirasa sudah terlampau berat carilah pertolongan melalui psikolog, psikiater, konselor, berbagi kepada orang tepercaya, dan ultimately sampaikan semuanya kepada Tuhan melalui doa-doa. IA selalu mau menolong kita. π
Selamat menjalani hari ini dan terima kasih telah membaca sampai selesai. I hope you have a great week! π