Bagaimana Kejahatan Masuk

Suatu hari, adikku dihubungi kakak kelasnya untuk minta tolong agar mereka sama-sama membereskan pernak-pernik perayaan di sekolah mereka. Meskipun itu adalah bagian dari tanggung jawabnya, namun adikku males dan enggak ingin pergi membantu.

Jelang sore kami duduk di meja makan dan aku sedang membaca salah satu bab dari satu buku, tentang bagaimana kejahatan masuk ke dalam satu komunitas.

Diceritakan bahwa ketika seorang pemimpin biara sedang berdoa sendirian di ruangannya, ia mendapat penglihatan bahwa tempatnya dikepung dan dikelilingi oleh roh-roh jahat. Mereka seperti pasukan yang menyerbu tempat itu tetapi tidak dapat masuk ke dalam biara. Semua orang di dalam biara sangat disiplin dan tekun dalam menjalani hidup kudus sehingga roh-roh jahat itu frustrasi karena tidak menemukan tempat yang dapat mereka masuki.

Sesudah kejadian penglihatan itu, tak lama kemudian seorang anggota biara merasa tersinggung kepada anggota lainnya dan mulai berpikir dalam hati untuk membalas sakit hatinya. Sementara ia menyusun siasat untuk membalas dendam dan memanjakan pikiran-pikiran buruk, roh-roh jahat menemukan pintu terbuka dan masuk ke biara melalui dirinya.

Sang pemimpin biara melihat ada ‘serigala’ masuk dan mengancam keluarga besarnya. Maka segera ia memanggil si anggota tersebut dan memintanya mengungkapkan kebencian yang telah menimbulkan gangguan di tempat mereka.

Si anggota kemudian mengungkapkan semua kepahitan dan kebencian yang menguasainya, mengakui kesalahannya, dan meminta maaf dengan rendah hati. Sang pemimpin yang mengasihinya pun langsung memaafkan si anggota dan seketika itu juga ia melihat roh-roh jahat itu lari dari hadapannya. Kehidupan dalam biara pun kembali aman.

Setelah selesai membaca, aku bertanya pada adikku, “Apakah menurutmu yang kau lakukan sekarang ini adalah jahat?”

“Iya..” jawabnya. Lalu dia memutuskan pergi dan aku bersedia mengantarnya ke sekolah.

Ini menjadi pelajaran juga buatku yaitu ketika kita membiasakan pikiran-pikiran buruk dan negatif, maka saat itu kita mulai membuka diri dimasuki kejahatan.

Pengejaran kita terhadap keadilan pun ternyata bisa menjadi sebentuk kejahatan bila kita tidak berhati-hati. Itu kupelajari dari kehidupan Absalom yang mencari keadilan atas kejadian yang menimpa adiknya, Tamar. Seperti yang diceritakan di Alkitab, Absalom menuntut keadilan dari ayahnya, Daud, yang seakan diam saja tidak berbuat apa pun ketika Amnon (anak Daud dari lain istri) berbuat jahat terhadap Tamar. It was a family drama you can read the detailed story in the Bible. Yang mau kugarisbawahi ialah: Tuhan Allah tidak senang dengan perbuatan Absalom tersebut.

Absalom mengulang-ulang pikiran jahat ini sehingga dia meresapi kejahatan tersebut dan pada akhirnya menjadi kebiasaan dia. Karena dendam kesumat, selama empat tahun ia menghasut orang-orang agar tidak percaya kepada pemerintahan Raja Daud dan kemudian mengudeta kerajaan. Namun, Tuhan menggagalkan rencana Absalom dan hidupnya berakhir tragis dan mengembalikan tampuk kekuasaan kepada Raja Daud.

Cerita lainnya tentang bagaimana kejahatan masuk bisa ditengok dari kisah Kain dan Habel. Dua saudara yang muncul di masa awal kehidupan di bumi ini. Kain yang merasa iri terhadap adiknya Habel gara-gara persembahannya tidak diterima Tuhan pun mulai memasukkan rencana balas dendam dalam pikirannya. Namun Tuhan tahu dan IA mengingatkan Kain: “Mengapa engkau marah? Mengapa mukamu geram? Jika engkau berbuat baik, pasti engkau tersenyum; tetapi jika engkau berbuat jahat, maka dosa menunggu untuk masuk ke dalam hatimu. Dosa hendak menguasai dirimu, tetapi engkau harus mengalahkannya.”

Apa yang bisa kita pelajari dari kalimat peringatan tersebut? Yakni: kita berkuasa atas pikiran kita, dan kita bisa memilih apakah mau mencelakai atau menolong, mau bertengkar atau berdamai. Jadi sebetulnya pilihannya ada pada kita, kan?

Memang mesti latihan terus-menerus dan diulang-ulang untuk memikirkan hal-hal bermakna seperti yang dinasehati Paulus dalam surat Filipi: “Saudara-saudara, isilah pikiranmu dengan hal-hal bernilai, yang patut dipuji, yaitu hal-hal yang benar, yang terhormat, yang adil, murni, manis, dan baik.”

Mengasihani diri sendiri pun adalah kejahatan lho. Choose grace and do goodness. Katakan terima kasih Tuhan untuk hal-hal baik yang diterima hari ini. Jika ada yang tidak berkenan di hati segera sampaikan kepada Tuhan; jangan tunggu hingga dendam kesumat merajalela. Misalnya gini: “Tuhan, saya tidak senang dengan sikap si A.. tapi.. setelah kupikirkan ulang, aku pun kadang pernah bersikap kayak dia.. kami sama-sama orang berdosa, Tuhan. Sering dikecewakan dan sering mengecewakan. Jadi maafkanlah aku. Tolong berikan kekuatan untuk dapat menjalani keadaan ini. Amin.”

Btw, judul buku yang kubaca di atas adalah Menjadi Gereja Pembuat Murid ditulis oleh Neil T. Anderson, terbitan Yayasan Gloria. Judul aslinya: Becoming a Disciple-Making Church terbitan Bethany House Publishers.

Semoga tulisannya berguna ya. Silakan dishare kepada temen-temen yang membutuhkan. Terima kasih.