Anak Bablas, Salah Siapa?

Kecelakaan lalu lintas beberapa hari yang lalu, yang menimpa pesohor muda yang juga anak dari seorang pesohor negeri kita ini, sontak membuat saya tercengang. Bisa jadi mungkin gara-gara pesohor, beritanya jadi terus menerus ditampilkan di televisi. Kalau misalnya yang tertimpa bukan anak pesohor, mungkin beritanya tidak akan seheboh sekarang.

Tapi mau pesohor atau bukan, tetap saja saya tercengang mendengar beritanya. Wong mobil yang digunakan si anak sampai hancur gitu. Yang bikin saya tambah tercengang, koq bisa anak umur segitu kelayapan di jalan tol pada tengah malam? Bukankah itu sudah jamnya tidur bagi anak-anak? Keluarganya (entah emaknya atau bapaknya, atau ompungnya), apa nggak kecarian di jam segitu si anak tidak ada dirumah?

Lantas siapa yang salah? Jawaban klasik: orangtua. Apakah gara-gara orangtua si anak ini sudah bercerai, bablas, otomatis perilaku si anak pun ikutan bablas juga? Saya punya kenalan yang orangtuanya berpisah, tapi satu pun anak-anak orangtuanya tidak ada yang berperilaku bablas. Sebaliknya, saya juga punya kenalan yang orangtuanya hidup harmonis, tapi anak-anak orangtuanya bablas masuk ke ‘dunia hitam’ tanpa sepengetahuan orangtuanya. Mungkin gara-gara orangtua terlampau harmonis, anak-anaknya pun terlupakan…

Setelah orangtuanya, siapa lagi dong yang salah? Semalam, di salah satu saluran televisi berita, orangtua dari pesohor ini berpendapat kalau negara juga bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa anaknya tersebut. Menurut beliau, seharusnya di negara kita tercinta ini, dipasang alat canggih di jalan tol seperti di luar negeri sana, yang bisa memperingatkan para pengemudi jika kecepatan berkendaranya telah melewati batas aman. “Keselamatan anak bukan hanya tanggung jawab orangtua”, kata si pesohor. “Tapi juga tanggung jawab negara,” tambahnya.

*****

Well, kalau menurut saya, jangan cuma menyalahkan manusia, atau negara, tapi salahkan juga Tuhan. Mengapa? Karena menurut saya, hal itu memang sengaja ‘dibiarkan’Nya menimpa kita, untuk menyadarkan kita bahwa perilaku kita selama ini sudah terlampau jauh melenceng dari jalur yang benar. Makanya sebelum semuanya terlambat, Ia ‘menampar’ kita dengan keras. Tujuannya untuk ‘membangunkan’ kita agar keluar dari gaya hidup maupun perilaku kita, yang menurutNya tidak baik/bablas, selama ini.

Dan biasanya (sebenarnya saya kurang suka mengatakan ini), menurut pengalaman saya, mesti ada ‘korban jatuh’ dulu, barulah ada introspeksi diri, perbaikan, pemulihan, dst, dari semua pihak yang terlibat.

*****

Tulisan senada pernah saya posting disini. Silahkan dibaca jika berkenan.


22 thoughts on “Anak Bablas, Salah Siapa?

  1. mungkin kalo menurut saya bukan menyalahkan Tuhan. Karena Tuhan itu Maha Benar..
    tapi lebih bagus kalo kita emang harus menginstrospeksi diri sendiri.
    ada maksud tertentu yang udah direncanakan Tuhan dalam setiap kejadian yang udah terjadi
    contoh ya kecelakaan itu..
    imho sih..

    Like

  2. Iya, kasian bgt yg harus jadi korban sehingga semua mulai melek. Ya semoga aja, ini ngga terulang lg, otherwise korban kayak mati sia2, org meleknya cuma pas kejadian heboh.

    Like

  3. kayaknya walo kasus ini ke blow up tapi paling sebentar aja Mes 🙂 gak bakalan lamalah. karena anak artes aja jadi ribut2 huhuhu. anak2 kecil itu emang susah diajarin ya, suka nekal to the max
    btw…..aku mau tanya IG kamu apa yaaa

    Like

    1. Anak2 zaman sekarang bujubuneng susah diatur kayaknya ya mbak? Gimana nanti anak2 kita ya? Alamak 😦 kalau instagramku udah lupa mbak namanya. Gak aktif soale. Pake path aja haha

      Like

      1. owalah hahaha
        aku sama si matt kadang2 kalo mikirin rencana untuk punya anak, udah stress duluan Mes 😦 takot gak bisa handle mereka

        Like

  4. Biasalah kak, wong ortunya sengak bgitu,
    klo aku jd maya sih mending gugat balik putusn hak pengasuhan di bapaknya..
    kmungkinan approvednya gede klo dah ada kjadian bgini….
    Aku sih lbh stuju klo proses peradilan ttp dilanjutkan, tp penangannnya mengikuti dasar2 prinsip perlindungan hak anak,
    efek jeranya lbh gede, trus rasa keadilan buat keluarga korban meninggal gak diabaikan
    tp dmn2 mah money can talk…….

    Like

  5. Nah ini dia kebiasaan yang selalu dibawa, kalau sudah ada korban atau teguran keras dari yang di atas bisanya selalu bilang kalau itu bukan kesalahan diri sepenuhnya tapi pihak lain ikut salah juga. Apa kata dunia . . . . . 😦

    Like

  6. Setuju banget sama postingan ini dan komennya baginda ratu. Sekarang peraturan mulai ditegakkan karena udah ada korban. Let’s see, beberapa bulan mendatang, apa peraturan anak dibawah umur dilarang mengendarai kendaraan bermotor masih tetap berlaku? 😀

    Like

  7. halo, Messa.. salam kenal..
    bener banget kalimat yang terakhir: harus ada ‘korban jatuh’ dulu, barulah ada introspeksi diri, perbaikan, pemulihan, dst, dari semua pihak yang terlibat.
    Tadi baca koran yang fotonya polisi lagi nyegat anak sekolah boncengan naik motor tanpa helm. Haloooo, kemaren2 kemana ajaaaa…? Dan sayangnya, yakin banget deh. Shocknya paling banter sebulan-2 bulan doang. sesudahnya ya wassalam… 😦
    Dhani ini arogan (sori ya, langsung kusebut namanya! 🙂 ) Harusnya pas udah kena musibah janganlah nunjuk2 pihak lain. Tunjuk diri sendiri saja dulu. Aku pengen ber-empati, tapi jadinya kok ilfil, ya..? 😦

    Like

    1. Haloha salam kenal juga Mbak. Makasih sudah berkunjung yaa 😀 Namanya bagus banget deh :). Ya itulah mbak, mudah2an aja semua pihak berbenah lah ya. Tak usah pake tuduh-tuduhan segala. Semuanya salah. Mari kita perbaiki saja yg bisa diperbaiki, sebelum semuanya benar2 tak bisa lagi diperbaiki. Ya,kan?

      Like

  8. salah semuanya, nggak cuma orang tua aja kok. Sayangnya, dia gak punya SIM ya, kalau dia punya SIM abal2 lebih seru lagi, kan bukan rahasia lagi underage bisa beli SIM.

    Like

Comments are closed.