Ohana

Tiap lebaran maupun hari raya lainnya, kalau kalian perhatikan, laporan mengenai arus mudik selalu ramai menghiasi media-media berita. Ada yang menempuh perjalanan ribuan kilometer melintasi benua, melintasi pulau, atau mungkin ada yang hanya berjalan kaki sejauh 20 meter untuk bisa berhari raya di rumah mertua.

Entah itu mudik atau pulang kampung, atau berjanji bertemu di satu tempat di satu daerah, yang pasti tujuannya hanya satu, yakni: kumpul dengan keluarga. Inilah pentingnya keluarga bagi mereka.

Di Indonesia, definisi keluarga ini masih luas sekali mencakup kakek, nenek, tante, om, tulang, nantulang, amangboru, namboru, dst. Sementara di dunia barat sana, entah di mana pernah saya baca, keluarga hanyalah sebatas ayah, ibu, dan anak.

Namun bagi mereka yang tak memiliki kenangan manis bersama keluarga, entah itu akibat dari masa kecil suram, atau pernah mendapat perlakuan tak menyenangkan, biasanya tak mau repot-repot mudik. Seperti teman saya si Joni yang pernah merayakan pergantian tahun dengan sanak keluarganya beberapa tahun lalu.

Menjelang tengah malam, ketika pintu kamar sanak keluarganya ini digedor, tak satu pun dari anggota keluarganya tersebut, bangun. Tak jelas apa penyebabnya. Bisa jadi karena kelelahan di jalan, ngantuk berat, dlst. Padahal acara kumpul bareng tersebut telah diagendakan sejak lama. “Bok ya wekernya dibunyikan dong, kalo emang niat mau ngumpul ketemu muka dengan keluarga. Ya, toh?” ujar Joni.

Sejak kejadian itu, teman saya ini kapok berkumpul bersama mereka. “Bukannya bikin hati senang, yang ada malah jengkel melihat tingkah orang aneh-aneh…” katanya, tanpa menjabarkan arti aneh-aneh yang ia maksud.

Alasan sebagian lagi ogah ngumpul adalah karena enggan ditanyai keluarga besar kapan kawin, kapan punya anak, kapan punya pacar, kapan lulus kuliah, dan kapan kerja. “Kalo udah begini, mending gue tahun baruan sendiri di mall…. ” kata teman yang lain.

Barangkali, itu sebabnya cita-cita mulia ohana, sebagaimana disebutkan Lilo dalam film Lilo & Stitch (2002), Ohana means family. Family means nobody gets left behind or forgotten,” hanyalah fatamorgana bagi sebagian orang/keluarga. Karena terkadang, justru keluargalah yang seringkali melupakan, meninggalkan, dan melukai kita.

Well, terlepas dari fatamorgana atau bukan, bukankah yang terpenting adalah ngumpul, makan-makan, dan foto-foto? 😀 Terutama foto keluarga. Fotonya yang banyak. Siapa tahu tahun ini adalah tahun terakhir kalian bisa berkumpul bersama sebagai keluarga. 😀

ohana

Selamat hari raya kawan! Selamat berkumpul dengan sanak keluarga, serta selamat menyongsong tahun baru. Bagi kalian yang tahun ini tak bisa berkumpul dengan keluarga, jangan berkecil hati. Syukuri saja. Semoga tahun berikutnya bisa. 🙂

Salam!

 

 


9 thoughts on “Ohana

  1. Selamat Natal dan Tahun Baru, eda 🙂

    Selalu suka kalau ketemu keluarga besar. Asal dirumah mereka, kalo dirumahku berarti kebagian repotnya nyiapin ini itu..Wkwkwk.. Haha.. dasar pemalas sih ini namanya :p

    Like

    1. hahah aku pun seneng ngumpul2 Py, yg nggak senengnya adalah bagian masak memasak 😀 makanya kalo yg dateng segambreng, pake katering aja 😀 Selamat natal dan tahun baru juga ya!

      Like

  2. Selamat Natal dan Tahun Baru Messa.

    Aku hampir jarang ngumpul sama keluarga pas natal dan tahun baru. Entah lah yach kayaknya aku sudah seperti anak durhaka bangat dech, hehehehe.. Tiap mau pulang kampung pas liburan gitu, lihat yang rame-rame bawaannya males duluan. Mendingan aku tuch pulang pas hari biasa sepi dan adem di hati.

    Like

Comments are closed.